Ketika Riding Gear menjadi mahal dan Nyawa menjadi murah
Safety Gear Mahal ?
“Coba anda lihat helm diatas, apakah anda melihat “value/nilai” dari
helm tersebut ? Helm tersebut telah melaksanakan tugasnya dan berhasil
menghemat puluhan atau mungkin ratusan ribu dollar milik si empunya dari
biaya pengobatan, rehabilitasi, pemulihan. Helm tersebut kira-kira
berharga kurang dari 100 dollar harga barunya.”
Tergelitik dari
membaca beberapa posting di blog, yang intisari-nya menceritakan
tentang orang-orang yang menyesal karena kehilangan orang yang dikasihi
dalam kecelakaan motor. Tidak memakai helm dan beberapa pelindung
lainnya dikatakan merupakan penyebab hilangnnya nyawa yang bersangkutan.
Ironisnya, ketidak mampuan untuk membeli peralatan-peralatan
perlindungan itu menjadi alasan mengapa si korban tidak mengenakan
alat-alat tersebut.
Mengenai cerita ini kemudian di pasang
dalam sebuah milist otomotif, dan banyak anggota mailing list tersebut
memberikan komentar. Ada yang mencemooh, ada yang memaklumi. Mencemooh
si korban karena atas kesalahannya sendiri hingga harus merasakan
musibah tersebut. Dan sebaliknya, memaklumi “ketidak-mampuan” si korban
yang tidak bisa membeli alat-alat pelindung itu. Dari respon-respon
ini, saya bisa melihat bahwa masih banyak cara pikir teman-teman dimana
saja yang menganalogikan bahwa “Safety Gear” = “Mahal”. Coba kita pahami
lagi…
Safety Gear adalah perlindungan terakhir. Ini adalah
kalimat yang bisa dibuktikan kebenarannya. Kalau Tuhan sudah
berkehendak, maka kita semuanya sebagai mahluknya hanya bisa pasrah dan
berusaha. Kalau Tuhan berkehendak bahwasannya kita akan terjatuh dari
motor sore ini, saat pulang kantor, maka tidak ada yang bisa mencegah.
Terjatuh-lah kita. Tapi Tuhan maha adil. Manusia bukan berarti tidak
diberi kesempatan untuk merubah nasib nya. Toch Tuhan masih memberi
kesempatan bagi kita untuk berusaha, berusaha untuk menyelamatkan diri.
Setelah itu, boleh lah kita pasrah.
Jadi, kalau sudah
ditakdirkan untuk jatuh dari motor sore ini, kita harus siap-siap.
Siap-siap dengan pertahanan dan perlindungan terakhir. Yang memisahkan
diri kita dengan permukaan jalanan yang keras adalah pelindung diri atau
“Safety Gear”. Yang memisahkan kulit kita dengan permukaan aspal.
Dengan harapan, bisa mengurangi cidera dan luka-luka.
Tapi
sungguh sayang, mungkin karena namanya “Perlindungan Terakhir”, kata
“terakhir” ini menyebabkan peralatan-peralatan perlindungan ini menjadi
benar-benar mendapat prioritas yang “terakhir” dalam benak kebanyakan
orang. Kata mereka “yang penting beli motor dulu, yang lain nanti saja”.
Hingga karena prioritasnya yang rendah, akhirnya jadi jauh lebih rendah
dari kebutuhan-kebutuhan lain.
Maka wajar saja, karena
prioritasnya yang di-nomor sekian kan, banyak yang mencari pembenaran
bahwa safety gear itu “belum perlu”, “tidak perlu”, “bikin repot”,
“bikin tidak nyaman” sampai pada pembenaran seperti “mahal”. Hingga pada
waktu, maaf, hari naas. Dimana biaya pengobatan yang sangat mahal,
mahal di dopet, mahal di rasa, mahal di perasaan, mahal di mental hingga
mahal dalam penyesalan, kalau masih bisa menyesal.
Banyak orang bilang Mahal itu relatif.
Bagi sebagian orang, yang mengerti tentang pentingnya arti keselamatan
entah karena pernah mengalami hari naas atau karena penyebab lain,
membeli makanan seharga Rp 20.000 memang sangat mahal, tapi kalau
membeli helm seharga Rp 500.000 akan terasa ringan dan lega.
Bagi sebagian orang, yang mengerti tentang pentingnya kenikmatan
kuliner, membeli helm seharga Rp 500.000 tentu saja akan dianggap gila,
tapi mengeluarkan kocek Rp 500.000 untuk sebuah steik di sebuah bintang
lima jelas memberikan kepuasan tersendiri.
Bagi sebagian orang,
yang bekerja keras sebagai kuli bangunan, yang bersedia menyicil motor
Rp 500.000 sebulan demi anaknya agar bisa naik motor kesekolah dengan
bangga bersama teman-temannya. Mau makan saja susah, tapi tetap harus
menyicil motor setiap bulannya. Tapi apa yang didapat ? Nyawa anak
melayang ditelan maut kecelakaan. Apakah sepadan ? Mungkin harus saya
ubah pertanyaanya, Apakah harga helm yang Rp 250.000 itu terasa mahal ?
Eh… relatif murah atau relatif mahal ? Dalam penyesalan, sebuah helm
menjadi tidak ada harganya, dibandingkan nyawa… “Kenapa si Tole tidak
saya belikan helm……..?”, apakah bapak tidak tahu, kalau untuk makan saja
susah, apalagi mau beli helm ? .. “Saya tidak perduli berapapun
mahalnya, yang penting anak saya jangan mati”.
Penyesalan
selalu datang belakangan. Dan nilai suatu benda akan terasa disaat benda
itu benar-benar beguna. Seperti helm yang melindungi kepala anda. Saat
belum berguna, mungkin terasa mahal (bagi yang cari makan saja susah),
tapi saat sudah berguna melindungi diri dari kematian…. harga bukan
masalah.
Ayo kita hitung-hitungan. Apakah Safety Gear Mahal ?
Seorang pengendara motor, memiliki sebuah motor bekas. Dibeli dengan harga Rp 8 Juta.
Alasannya ? “Agar bisa memiliki transportasi sendiri yang bebas. Kemanapun mau pergi tinggal melaju saja. Murah dan cepat.”
Sebuah Helm Open Face. Rp 235.000.
Sebuah Sarung Tangan. Rp 50.000.
Sebuah Sepatu (menutupi mata kaki). Rp 150.000.
Sebuah Jaket . Rp 150.000.
Sebuah Celana Jeans. Rp. 100.000. (yang ini mau dihitung atau tidak, terserah, biasanya semua orang punya).
Total investasi safety gear, Rp 685.000.
Berani beli motor cash Rp 8.000.000 mosok gak bisa nambah Rp 700 rb doang untuk safety gear ?
Berani cicil motor Rp 660rb sebulan mosok gak bisa nambah nyicil extra buat nambung beli safety gear Rp 50rb sebulan ?
Kalau gak bisa persiapkan Safety Gearnya mendingan gak usah beli motor.
Bisa beli motor mosok gak bisa beli helm ? Kalau emang susah makan,
mosok motor bisa kebeli ?
Analoginya, makanan kalau kita makan
akan memberikan faedah yang kurang lebih “sama”. Kenyang dan
memperpanjang kehidupan. Walaupun faedahnya sama, tapi harga bisa
berbeda-beda. Ada yang nasi putih + tempe + sayur asam, Rp 2 rb. Ada
yang berupa daging panggang dengan nama “steik” yang harganya bisa
mencapai Rp 500rb. Sama-sama kenyang, sama-sama jadi daging, dan
sama-sama jadi ampas.
Demikian pula dengan safety gear. Ada
Helm yang harganya Rp 200rb, ada yang harganya hingga Rp 12juta.
Sama-sama melindungi kepala. Ya, belilah yang murah menurut anda dan
sesuai kemampuan.
Baiklah…. Coba kita lihat harga sebuah safety gear ketika ia benar-benar befungsi sebagai mana mestinya.
1. Sebuah Helm. Harga Rp 285rb. Ketika ia berfungsi melindungi kepala
maka sipengguna sudah menghemat biaya rumah sakit, biaya pengobatan,
biaya operasi, biaya rehabilitasi, biaya rawat jalan, dsb yang nilainya
antara Rp 25 juta hingga-tak terhingga. Itu pun bila kecelakaannya tidak
fatal. Kalau kecelakaan fatal dan helm berhasil melindungi nyawa
sipengguna, maka nilainya “tidak terhingga”. Atau hanya Tuhan yang tahu.
Tapi anda bisa beli di toko helm dengan harga Rp 285rb saja (murah atau
mahal ?).
2. Sebuah Sepatu menutupi mata kaki. Harga Rp
150.000. Dalam keadaan standar saja, sepatu ini sudah melindungi kaki
dari permukaan aspal, dari lecet, dari keseleo, dari luka-luka, yang
kalau tidak pakai sepatu maka pengobatannya bisa Rp 50rb hingga jutaan.
Apalagi saat ia berfungsi melindungi kaki saat kecelakaan, dimana
menghemat dari biaya rumah sakit, biaya rawat inap, pengobatan, operasi,
biaya terapi, rehabilitasi, rawat jalan, dsb yang nilainya antara Rp 15
juta hingga-tak terhingga. Kalau sampai sang sepatu melindungi kaki
dari amputasi, bisa jadi sang sepatu berjasa dengan nilai yang juga tak
terhingga. Tapi anda bisa beli di toko sepatu seharga Rp 150rb saja.
(murah atau mahal ?).
3. Sebuah Knee Protector. Harga Rp
150.000. Bila alat ini bekerja sesuai fungsinya, maka si pengguna
menghemat biaya rumah sakit, biaya operasi tulang, biaya obat-obatan,
biaya rawat inap, biaya rawat jalan, biaya alat bantu berjalan.
Menghemat Rp 15 juta hingga tak terhingga. Namun anda hanya cukup
membeli di toko-toko perlengkapan berkendara Rp 150rb saja. (lagi, murah
atau mahal ?).
Mahal itu memang relatif… tapi untuk “Safety Gear”, jawabannya adalah MURAH dengan faedah dan kegunaan yang seharga NYAWA ANDA.
Source: anak-anak klub semuanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar