Jumat, 14 Desember 2012

Ketika Riding Gear menjadi mahal dan Nyawa menjadi murah

Safety Gear Mahal ?

“Coba anda lihat helm diatas, apakah anda melihat “value/nilai” dari helm tersebut ? Helm tersebut telah melaksanakan tugasnya dan berhasil menghemat puluhan atau mungkin ratusan ribu dollar milik si empunya dari biaya pengobatan, rehabilitasi, pemulihan. Helm tersebut kira-kira berharga kurang dari 100 dollar harga barunya.”

Tergelitik dari membaca beberapa posting di blog, yang intisari-nya menceritakan tentang orang-orang yang menyesal karena kehilangan orang yang dikasihi dalam kecelakaan motor. Tidak memakai helm dan beberapa pelindung lainnya dikatakan merupakan penyebab hilangnnya nyawa yang bersangkutan. Ironisnya, ketidak mampuan untuk membeli peralatan-peral­atan perlindungan itu menjadi alasan mengapa si korban tidak mengenakan alat-alat tersebut.

Mengenai cerita ini kemudian di pasang dalam sebuah milist otomotif, dan banyak anggota mailing list tersebut memberikan komentar. Ada yang mencemooh, ada yang memaklumi. Mencemooh si korban karena atas kesalahannya sendiri hingga harus merasakan musibah tersebut. Dan sebaliknya, memaklumi “ketidak-mampua­n” si korban yang tidak bisa membeli alat-alat pelindung itu. Dari respon-respon ini, saya bisa melihat bahwa masih banyak cara pikir teman-teman dimana saja yang menganalogikan bahwa “Safety Gear” = “Mahal”. Coba kita pahami lagi…

Safety Gear adalah perlindungan terakhir. Ini adalah kalimat yang bisa dibuktikan kebenarannya. Kalau Tuhan sudah berkehendak, maka kita semuanya sebagai mahluknya hanya bisa pasrah dan berusaha. Kalau Tuhan berkehendak bahwasannya kita akan terjatuh dari motor sore ini, saat pulang kantor, maka tidak ada yang bisa mencegah. Terjatuh-lah kita. Tapi Tuhan maha adil. Manusia bukan berarti tidak diberi kesempatan untuk merubah nasib nya. Toch Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk berusaha, berusaha untuk menyelamatkan diri. Setelah itu, boleh lah kita pasrah.



Jadi, kalau sudah ditakdirkan untuk jatuh dari motor sore ini, kita harus siap-siap. Siap-siap dengan pertahanan dan perlindungan terakhir. Yang memisahkan diri kita dengan permukaan jalanan yang keras adalah pelindung diri atau “Safety Gear”. Yang memisahkan kulit kita dengan permukaan aspal. Dengan harapan, bisa mengurangi cidera dan luka-luka.

Tapi sungguh sayang, mungkin karena namanya “Perlindungan Terakhir”, kata “terakhir” ini menyebabkan peralatan-peral­atan perlindungan ini menjadi benar-benar mendapat prioritas yang “terakhir” dalam benak kebanyakan orang. Kata mereka “yang penting beli motor dulu, yang lain nanti saja”. Hingga karena prioritasnya yang rendah, akhirnya jadi jauh lebih rendah dari kebutuhan-kebut­uhan lain.

Maka wajar saja, karena prioritasnya yang di-nomor sekian kan, banyak yang mencari pembenaran bahwa safety gear itu “belum perlu”, “tidak perlu”, “bikin repot”, “bikin tidak nyaman” sampai pada pembenaran seperti “mahal”. Hingga pada waktu, maaf, hari naas. Dimana biaya pengobatan yang sangat mahal, mahal di dopet, mahal di rasa, mahal di perasaan, mahal di mental hingga mahal dalam penyesalan, kalau masih bisa menyesal.

Banyak orang bilang Mahal itu relatif.

Bagi sebagian orang, yang mengerti tentang pentingnya arti keselamatan entah karena pernah mengalami hari naas atau karena penyebab lain, membeli makanan seharga Rp 20.000 memang sangat mahal, tapi kalau membeli helm seharga Rp 500.000 akan terasa ringan dan lega.

Bagi sebagian orang, yang mengerti tentang pentingnya kenikmatan kuliner, membeli helm seharga Rp 500.000 tentu saja akan dianggap gila, tapi mengeluarkan kocek Rp 500.000 untuk sebuah steik di sebuah bintang lima jelas memberikan kepuasan tersendiri.

Bagi sebagian orang, yang bekerja keras sebagai kuli bangunan, yang bersedia menyicil motor Rp 500.000 sebulan demi anaknya agar bisa naik motor kesekolah dengan bangga bersama teman-temannya.­ Mau makan saja susah, tapi tetap harus menyicil motor setiap bulannya. Tapi apa yang didapat ? Nyawa anak melayang ditelan maut kecelakaan. Apakah sepadan ? Mungkin harus saya ubah pertanyaanya, Apakah harga helm yang Rp 250.000 itu terasa mahal ? Eh… relatif murah atau relatif mahal ? Dalam penyesalan, sebuah helm menjadi tidak ada harganya, dibandingkan nyawa… “Kenapa si Tole tidak saya belikan helm……..?”, apakah bapak tidak tahu, kalau untuk makan saja susah, apalagi mau beli helm ? .. “Saya tidak perduli berapapun mahalnya, yang penting anak saya jangan mati”.

Penyesalan selalu datang belakangan. Dan nilai suatu benda akan terasa disaat benda itu benar-benar beguna. Seperti helm yang melindungi kepala anda. Saat belum berguna, mungkin terasa mahal (bagi yang cari makan saja susah), tapi saat sudah berguna melindungi diri dari kematian…. harga bukan masalah.

Ayo kita hitung-hitungan­. Apakah Safety Gear Mahal ?

Seorang pengendara motor, memiliki sebuah motor bekas. Dibeli dengan harga Rp 8 Juta.
Alasannya ? “Agar bisa memiliki transportasi sendiri yang bebas. Kemanapun mau pergi tinggal melaju saja. Murah dan cepat.”

Sebuah Helm Open Face. Rp 235.000.
Sebuah Sarung Tangan. Rp 50.000.
Sebuah Sepatu (menutupi mata kaki). Rp 150.000.
Sebuah Jaket . Rp 150.000.
Sebuah Celana Jeans. Rp. 100.000. (yang ini mau dihitung atau tidak, terserah, biasanya semua orang punya).

Total investasi safety gear, Rp 685.000.

Berani beli motor cash Rp 8.000.000 mosok gak bisa nambah Rp 700 rb doang untuk safety gear ?
Berani cicil motor Rp 660rb sebulan mosok gak bisa nambah nyicil extra buat nambung beli safety gear Rp 50rb sebulan ?

Kalau gak bisa persiapkan Safety Gearnya mendingan gak usah beli motor. Bisa beli motor mosok gak bisa beli helm ? Kalau emang susah makan, mosok motor bisa kebeli ?

Analoginya, makanan kalau kita makan akan memberikan faedah yang kurang lebih “sama”. Kenyang dan memperpanjang kehidupan. Walaupun faedahnya sama, tapi harga bisa berbeda-beda. Ada yang nasi putih + tempe + sayur asam, Rp 2 rb. Ada yang berupa daging panggang dengan nama “steik” yang harganya bisa mencapai Rp 500rb. Sama-sama kenyang, sama-sama jadi daging, dan sama-sama jadi ampas.

Demikian pula dengan safety gear. Ada Helm yang harganya Rp 200rb, ada yang harganya hingga Rp 12juta. Sama-sama melindungi kepala. Ya, belilah yang murah menurut anda dan sesuai kemampuan.

Baiklah…. Coba kita lihat harga sebuah safety gear ketika ia benar-benar befungsi sebagai mana mestinya.

1. Sebuah Helm. Harga Rp 285rb. Ketika ia berfungsi melindungi kepala maka sipengguna sudah menghemat biaya rumah sakit, biaya pengobatan, biaya operasi, biaya rehabilitasi, biaya rawat jalan, dsb yang nilainya antara Rp 25 juta hingga-tak terhingga. Itu pun bila kecelakaannya tidak fatal. Kalau kecelakaan fatal dan helm berhasil melindungi nyawa sipengguna, maka nilainya “tidak terhingga”. Atau hanya Tuhan yang tahu. Tapi anda bisa beli di toko helm dengan harga Rp 285rb saja (murah atau mahal ?).

2. Sebuah Sepatu menutupi mata kaki. Harga Rp 150.000. Dalam keadaan standar saja, sepatu ini sudah melindungi kaki dari permukaan aspal, dari lecet, dari keseleo, dari luka-luka, yang kalau tidak pakai sepatu maka pengobatannya bisa Rp 50rb hingga jutaan. Apalagi saat ia berfungsi melindungi kaki saat kecelakaan, dimana menghemat dari biaya rumah sakit, biaya rawat inap, pengobatan, operasi, biaya terapi, rehabilitasi, rawat jalan, dsb yang nilainya antara Rp 15 juta hingga-tak terhingga. Kalau sampai sang sepatu melindungi kaki dari amputasi, bisa jadi sang sepatu berjasa dengan nilai yang juga tak terhingga. Tapi anda bisa beli di toko sepatu seharga Rp 150rb saja. (murah atau mahal ?).

3. Sebuah Knee Protector. Harga Rp 150.000. Bila alat ini bekerja sesuai fungsinya, maka si pengguna menghemat biaya rumah sakit, biaya operasi tulang, biaya obat-obatan, biaya rawat inap, biaya rawat jalan, biaya alat bantu berjalan. Menghemat Rp 15 juta hingga tak terhingga. Namun anda hanya cukup membeli di toko-toko perlengkapan berkendara Rp 150rb saja. (lagi, murah atau mahal ?).

Mahal itu memang relatif… tapi untuk “Safety Gear”, jawabannya adalah MURAH dengan faedah dan kegunaan yang seharga NYAWA ANDA.

Source: anak-anak klub semuanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar