Dipicu oleh kegagalan usaha Jaray untuk membuat bentuk
mobilnya memiliki CD sebesar 0.15, W. E. Lay
(seorang Amerika) melakukan penelitian di University of Michigan, Ann Arbor untuk memperbaiki kekurangan penelitian Jaray.
Pada awal tahun 1930-an, Lay melakukan modifikasi
bentuk mobil di bagian front dan rear.
Lay menyingkapkan interaksi
yang kuat antara flow
fields dari car’s fore body and rear
end.
Lay menemukan bahwa low drag dari long-tail model dapat dipertahankan hanya jika fore body berbentuk well attached. Sebaliknya, drag meningkat secara signifikan ketika aliran terseparasi pada
lokasi steep windscreen.
Selanjutnya, jika drag sudah tinggi
(disebabkan oleh karena blunt
rear end) kenaikan drag dari
steep windscreen hanya moderate.
Hal paling penting untuk kontribusi Lay
(1933) adalah bahwa blunt
rear end hanya menghasilkan
kenaikan drag yang relative kecil jika dibandingkan dengan long tapered rear end.
Dari 1934, bentuk blunt
rear end yang pertama kali dikembangkan oleh Lay menginspirasi pengembangan ‘Kamm-back’ yang menggabungkan manfaat greater
headroom pada back
seat dengan keunggulan dari bodi dengan low
drag.
The BMW 328 Kamm-back highlighted the benefits of Kamm's design
Konsep dari Kamm (1934) adalah:
Low
drag tetap dapat dicapai karena flow tetap mengikuti kontur bodi (tidak cepat terseparasi) dan kemudian segera dipaksa untuk terseparasi (flow tidak lagi mengikuti kontur bodi) dengan memotong rear
end pada lokasi yang memiliki much
diminished cross-sectional area (untuk menghasilkan small
wake)
Sayangnya, Kamm (1934)
tidak menyajikan practical design.
Koenig-Fachsenfeld (1936) yang lebih
beruntung mendapatkan paten karena melakukan pengukuran drag pada cutt-off
rear end (ide dari Kamm).
Koenig-Fachsenfeld (1936) menerapkan cutt-off
rear end pada mobil dan
membuktikan kebenaran teori dari Kamm. Sehingga,
cut-off
rear end menjadi dikenal dengan ’Kamm-back’.
Lama setelah itu, Everling (1948) mengklaim bahwa
dialah yang pertama kali menemukan keunggulan dari cut-off
rear end ketika dia mendisain
bus dengan cut-off
tail.
Siapapun
yang mengklaim ide cut-off
rear end, Kamm adalah peneliti
yang pertama kali melakukan penelitian yang mendalam mengenai rear
end design pada 1935 di the
Research Institute for Motor Vehicles and Vehicle Engines (FKFS) di Technical
University of Stuttgart, Jerman.
Pada 1938, passenger vehicle yang pertama (dengan Kamm rear
end), Everling car, dibuat.
Selanjutnya, automotive engineers mulai memikirkan side wind effects pada bodi mobil.
Sebelumnya, pergumulan utama automotive adalah drag dalam still air conditions (symmetrical oncoming flow).
Dimotivasi oleh true aerodynamically designed streamlines shapes yang masih sporadis (penemuan dari Jaray, Lay, Everling, Kamm), para peneliti di Amerika pada 1930-an mengembangkan konsep half-body cars.
Selanjutnya,
pematangan konsep half-body cars kembali ke Jerman.
Di Göttingen, Schlör (student dari Prof. Ludwig Prandtl) menyempurnakan konsep half-body cars pada 1937
di Aerodynamische
Versuchs-Anstalt (AVA).
Melalui analisa aliran melintasi Lange car, dibantu oleh Hansen, Schlör membuat mobil yang terkenal dengan Schlör car (menggabungkan 2 bentuk aerofoils 571 dan 570
yang masing-masing
memiliki CD = 0.125) .
Pada ukuran sesungguhnya,
Schlör car menghasilkan
CD = 0.186 (di AVA wind tunnel). Nilai CD tersebut sesuai dengan CD =
0.189 yang dilakukan di TU
Hannover pada 1939 dengan coast
down test.
Kekurangan Schlör car adalah bodi mobil memiliki large
frontal area yang tidak biasanya. Namun, perkembangan half-body car mencapai puncaknya dalam Schlör car.
Selanjutnya, era terakhir dari streamlined car adalah sejak
1956.
Perkembangan streamlined cars sempat terhenti oleh the Second World War.
Setelah itu, Citröen dan Panhard adalah satu-satunya
yang melanjutkan
konsep streamlined cars
Tidak ada komentar:
Posting Komentar